Minggu, 10 Juli 2011

Ratu Amangkurat

Sang God Mother & Intrik-Intrik Istana

Ratu Amangkurat atau Ratu Kencana atau Ratu Ageng adalah gelar yang diberikan kepada isteri kelima dari 21 isteri Amangkurat IV. Ratu Amangkurat hidup dalam masa pemerintahan paling tidak 5 raja, yaitu Amangkurat III (1703-1708) dan PB I/Pangeran Puger (1705-1719), Amangkurat IV /Amangkurat Jawi (1719-1726), PB II (1726-1749) dan PB III (1749-1788).

Ratu Amangkurat adalah anak dari Raden Adipati Tirtakusuma, Bupati Kudus. Sebelum diperisteri oleh Amangkurat IV, ia adalah janda dari bekas Bupati Jepara. Tidak diketahui apakah suami pertamanya meninggal atau memang ia dicerai oleh suaminya saat ia diperisteri oleh Amangkurat IV. Anehnya lagi dalam perkawinannya dengan Sunan Amangkurat IV itu, ia dimadu dengan adiknya sendiri. Adiknya tersebut bergelar Ratu Kencana/ Ratu Mas Kadipaten[1]. Adapun isteri -isteri Amangkurat IV selengkapnya yang tercatat (termasuk Ratu Amangkurat) adalah :

o Mas Ayu Sumanarsa/RA Sepu/RA Kulon (Meninggal di Lumajang 1719 dan dimakamkan di Imogiri. Dengan Sunan Amangkurat IV ia berputera PA (Pangeran Aria) Mangkunegara, ayah pendiri Pura Mangkunegaran)

o Mas Ayu Nitawati

o Mas Ayu Kamulawati

o RA Arawati/ RM Sundaya /RA Kulon (Anak Adipati Sindupraya dari Pemalang)

o Ratu Amangkurat (Anak Bupati Kudus, Raden Adipati Tirtakusuma, dan janda dari bekas Bupati Jepara. Ratu Amangkurat dengan Sunan Amangkurat IV dikaruniai anak yang kelak menjadi raja dengan gelar Pakubuwono II)

o Mbok Ajeng Kamudewati

o Ratu Kencana/ Ratu Mas Kadipaten (Adik Ratu Amangkurat. Dari perkawinannya dengan Sunan Amangkurat IV, ia dikaruniai anak yang bergelar Pangeran Buminata I. Pangeran ini kawin dengan RA Tembelek, bekas isteri PB II)

o Mbok Ajeng Rangawita / Raden Bandandari/RA Chandrasari/ Rangawati (anak Pangeran Cendana dari Kudus)

o Mbok Ajeng Sasmita

o Mbok Ajeng Asmara

o Mbok Ajeng Tejawati/Mas Ayu Tejawati (Anak dari hasil perkawinannya dengan Sunan Amangkurat IV bernama RM Sujana / PA Kartasurya / PA Mangkubumi yang kelak menjadi raja Yogyakarta dengan gelar Hamengkuwuwana I)

o Mbok Ajeng Rangapura

o Mbok Ajeng Puspita

o Mbok Ajeng Tanjangpura

o Mbok Ajeng Waratsari

o Mbok Ajeng Kambang

o Mas Ayu Tenaranga/Mas Ayu Pujawati

o Ratu Malang

o RA Brebes (Anak perempuan RA Martalaya Bupati Brebes. Sebelum menikah dengan Amangkurat IV, ia adalah janda dari RM Sudhama / Pangeran Aria Blitar, saudara kandung Amangkurat IV. Ia kawin dengan Amangkurat IV pada tahun 1722 dan bercerai dengannya tahun 1726)

o Anak perempuan Tumenggung Suradiningrat

o Ratu Mas Wirasmara (Wanita peranakan Cina yang dihadiahkan oleh Adipati Semarang kepada Amangkurat IV. Perempuan ini masih perawan saat raja tersebut meninggal. Ia dihamili dan kemudian diperisteri oleh Pakubuwono II pada bulan Agustus 1726. Wirasmara dikabarkan dibunuh tanggal 15 Januari 1728 – karena skandalnya dengan PA Mangkunegara - dan kemudian dimakamkan di Imogiri)[2].

Ratu Amangkurat mempunyai dua anak dari Amangkurat IV yaitu Raden Mas Gusti Prabhu Suyasa (yang kelak menjadi PB II) dan Raden Ayu Bengkring / Kanjeng Ratu Maduratna (1711-1738, yang kelak menjadi isteri Cakraningrat dari Madura). Amangkurat IV meninggal 20 April 1726. Ada kabar bahwa kematiannya akibat diracun. Pakubuwono II kemudian menggantikannya.

Selama Pakubuwono II memerintah, dikabarkan bahwa Ratu Amangkurat, disamping Patih Danureja, banyak berperan dalam politik di istana. Belanda pun menganggap bahwa baik Ratu Amangkurat maupun Patih Danureja adalah orang-orang yang cerdik. Beberapa hal yang dicatat sebagai kiprah politik dari Ratu Amangkurat ini di antaranya adalah :

· Untuk mendekati PB II, para bupati daerah atau para pejabat lainnya di lingkungan Kerajaan Mataram, seringkali perlu beraudiensi terlebih dahulu dengan Ratu Amangkurat. Mereka menganggap bahwa ibu suri ini banyak berpengaruh atas puteranya yang menjadi raja itu.

· Atas permohonan Ratu Amangkurat (ibu PB II), hukuman mati yang hendak dijatuhkan oleh PB II kepada PA Mangkunegara – yang melakukan skandal dengan selir PB II - diubah menjadi hukuman buang ke luar Jawa.

Ratu Amangkurat menurut catatan sejarah tidak luput dari skandal. Tahun 1729, selama lebih dari setahun, Ratu Amangkurat (yang telah menjadi janda) diberitakan hidup bersama dengan Raden Surawijaya. Hampir tiap malam Raden Surawijaya menghibur ibu suri tersebut. Suatu hal yang tak disukai oleh PB II (PB II saat itu berusia 19 tahun), anak kandung Ratu Amangkurat sendiri. PB II memerintahkan Tirtawiguna, Wirajaya dan kemudian Mangunnagara untuk membunuhnya. Namun ketiganya menghindar. Akhirnya Danurejalah yang disuruh. Surawijaya kemudian dibunuh tanggal 21 Oktober 1729 di bawah pohon beringin di Paseban. Karena tahu siapa otak pembunuhan kekasihnya itu maka Ratu Amangkurat lalu bergabung dengan lawan-lawan politik Danureja.

Hasilnya mulai terlihat pada Januari 1730 saat orang-orang kesayangan Danureja banyak dicopot dari jabatannya. Sejak saat itu Danureja kehilangan kontrol dalam pengangkatan pejabat baru.

Adik Ratu Amangkurat sendiri, yang menjadi madunya, Ratu Kencana/ Ratu Mas Kadipaten juga berselingkuh. Ia – yang janda AM IV - didakwa bermain serong dengan Raden Anggakusuma, pengurus rumah tangga Pangeran Buminata (anak Ratu Mas dengan AM IV). Ratu Mas hamil dan karena itu istana menjadi geger. Raden Anggakusuma kemudian dihukum cekik tanggal 17 Maret 1735 di kediaman Demang Urawan /P Arya Purbaya / Patih Sunan PB II atas perintah Sunan.

Rupanya perselingkuhan di dalam lingkungan istana waktu itu sudah demikian runyamnya. Sekitar tahun 1739, misalnya, dikabarkan salah seorang selir PB II selingkuh dengan anak lelaki Tumenggung Tirtawiguna. Anak lelaki tersebut dengan menyamar sebagai wanita masuk keputren. Ketika ketahuan, dia dan kekasihnya dieksekusi secara diam-diam. Kemudian tahun 1740, Resajiwa, seorang lurah pengawas barang-barang rumah tangga kerajaan, terlibat korupsi barang sitaan dan main selingkuh dengan selir-selir PB II

Keadaan politik yang kacau disertai dengan berbagai skandal asmara itu menyebabkan banyak pihak tidak puas. Ketidakpuasan demi ketidakpuasan terjadi dan bermuara pada timbulnya pemberontakan. Tanggal 30 Juni 1742, Kartasura diduduki pemberontak Cina yang berkolaborasi dengan tokoh-tokoh lainnya yang tidak puas kepada PB II. Ratu Amangkurat, PB II dan keluarga keraton lainnya terpaksa mengungsi dan ujung-ujungnya, Belanda lah yang kembali “menyelamatkan” raja dan keluarganya sehingga mereka berhutang budi kepada kolonialis Eropa tersebut.

Tanggal 20 Desember 1742, Kartasura yang telah dibebaskan pasukan Madura -bekerja sama dengan Belanda - dari pemberontak, diserahkan kembali kepada PB II. Tanggal 21 Desember 1742, Ratu Amangkurat bertangis-tangisan dengan anaknya PB II di Kartasura karena demikian bahagia bahwa Kartasura telah dibebaskan kembali dari para pemberontak.

Demikian riwayat singkat kiprah Ratu Amangkurat, sesosok perempuan yang pernah menjadi raja atas raja sehingga sempat menentukan arah kebijaksanaan dari Kerajaan. Dalam kaitan ini ada banyak hal yang dapat disimpulkan dari kisah Ratu Amangkurat tersebut. Di antaranya adalah :

· Hidup sebagai permaisuri mungkin merupakan kebahagiaan tersendiri bagi Ratu Amangkurat walaupun periodenya cuma 7 tahun (1719-1726 M). Namun mungkin ada perasaan sedih karena ia dimadu dengan adiknya sendiri.

· Sebagai ibu dari raja yang masih muda, intervensinya di dunia perpolitikan telah menyebabkan timbulnya pusat kekuasaan baru. Bersama Patih Danureja, ia banyak menentukan kebijaksanaan di pemerintahan Mataram.

· Sebagai wanita yang berpolitik di tingkat tinggi, apalagi suaminya AM IV telah mangkat, kemungkinan besar Ratu Amangkurat sangat kesepian. Mungkin itulah yang menyebabkanmya ia lantas berselingkuh. Posisinya sebagai ibu suri telah menyelamatkannya dari hukuman sementara pasangan selingkuhnya dihukum mati.

Sumber :

· Christopher Buyers,2002. The Surakarta Dinasty, October 2001-January 2002. Diakses via Internet.

· Willem Remmelink, 2001. Perang Cina. Penerbit Jendela, Wates, Jogyakarta.



[1] Amangkurat IV – yang tercatat mempunyai 41 anak - adalah anak Pakubuwono I (P Puger). Pakubuwono I adalah saudara Amangkurat II yang dengan dukungan Belanda berhasil menjadi Raja Mataram setelah mengkudeta Sunan Mas / Amangkurat III (1703-1705)

[2] Dikabarkan bahwa Wirasmara bermain cinta dengan PA Mangkunegara, anak Amangkurat IV dari isterinya yang bernama Mas Ayu Sumanarsa/RA Sepu/RA Kulon. Tanggal 15 Januari 1728, Wirasmara dibunuh atas perintah Pakubuwono II.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar